Minggu, 04 April 2010

Psikologi Transpersonal


Secara harafiah kata transpersonal berasal dari kata ”trans” = melewati dan
”personal”= pribadi. Kepribadian dalam bahasa Inggris adalah personality; sementara
personality berasal dari kata persona yang berarti topeng. Transpersonal dalam banyak
literatur berarti melewati atau melalui "topeng", dengan kata lain melewati tingkat
personal.
Psikologi transpersonal berdiri pada pertemuan antara psikologi modern dengan
spiritualisme. Selain itu, psikologi transpersonal dianggap sebagai kekuatan keempat
setelah Psikoanalisa, Behaviorisme, dan Humanistik. Sementara, dengan makin
berkembangnya psikologi transpersonal, spiritualisme baik dari filsafat timur maupun dari
agama-agama monoteisme mulai menarik untuk dikaji (Adi, 2002).
Ornstein (1973 dalam Tart, 1973) menjelaskan bahwa psikologi Barat ternyata tidak
memberi apresiasi pada Zen Budhisme, Yoga, Kristiani, dan Sufisme. Bahkan
mengabaikannya dan menganggapnya patologis.
Dikatakan oleh Daniel (2005) bahwa psikologi transpersonal adalah suatu cabang
psikologi yang memberi perhatian pada studi terhadap keadaan dan proses pengalaman
manusia yang lebih dalam dan luas, atau suatu sensasi yang lebih besar dari koneksitas
terhadap orang lain dan alam semesta, atau merupakan dimensi spiritual.
Friedman & Pappas (2006) berpendapat bahwa psikologi transpersonal dibangun
dari perspektif psikologis yang berbeda, yang pada umumnya memandang psikologi
sebagai sesuatu yang berguna namun tidak lengkap dan terbatas. Bahkan, termasuk pula
pendekatan psikologi yang lain, seperti kearifan beragam budaya berkaitan dengan
psikopatologi dan kesehatan mental, serta beragam keadaan kesadaran (states of
consciousness). Psikologi transpersonal bukanlah seperangkat kepercayaan, dogma, atau
agama, namun merupakan suatu upaya untuk membawa tingkatan pengalaman manusia
sepenuhnya menuju wacana dalam psikologi.
Dalam psikologi transpersonal, sebagaimana pendekatan psikologis lainnya,
pemisahan terhadap self dipandang sebagai suatu hasil dari sejarah pribadi dan dicirikan
oleh suatu kemandirian dan pemisahan dari hal-hal yang mengelilinginya. Pendekatan
transpersonal berbeda dengan pendekatan-pendekatan yang lain, yang pada umumnya
hanya menjelaskan keadaan-keadaan transendensi diri yang sempit. Transendensi diri
Transpersonal Training for Therapist 1
(self transcendence) dalam psikologi transpersonal mengacu pada keadaan kesadaran
(states of consciousness) dimana self berkembang melewati batas-batas yang wajar,
identifikasi-identifikasi, dan citra diri dari kepribadian individu serta merefleksikan suatu
koneksi fundamental, harmoni, atau kesatuan dengan orang lain dan dunia (Walsh and
Vaughan, 1993 dalam Friedman & Pappas, 2006).
Berdasarkan 202 definisi, Lajoie & Shapiro (1992) yang dikutip dari Friedman &
Pappas (2006) menyimpulkan psikologi transpersonal sebagai:
“Psikologi transpersonal mencakup kajian tentang potensi tertinggi umat manusia,
dan dengan mengenali, memahami, serta realisasi dari penyatuan spiritual, dan
melebihi keadaan kesadaran (states of consciousness).”
Transpersonal Training for Therapist 2