Sabtu, 25 April 2009


A. Pengertian kepribadian muhsin

Muhsin berarti orang yang berbuat ihsan yang mana kata “ ihsan “ sendiri berasal dari kata “ hasuna “ yang berarti baik atau bagus. Kriteria muhsin sendiri sesungguhnya berasal dari Allah SWT. Oleh karena itu hadist Nabi saw menyebutkan bahwa ihsan bermuara pada peribadatan dan muwajahah. Ketika seorang hamba mengabdikan diri pada-Nya, seakan – akan bertatap muka dan hidup bersama-Nya sehingga seorang hamba tidak akan menunjukkan perilku buruk atau tercela di hadapan rajanya atau majikanya. Dengan demikian, yang dimaksud kepribadian muhsin adalah kepribadian yang dapat mempercantik dan memperbaiki individu, baik dengan diri sendiri, sesamanya, alam semesta dan kepada Allah yang diniatkan untuk mendapatkan Ridho Allah. Dalam studi tematik al-quran beberapa indiktor ihsan sebagai berikut :
Berserah diri kepada Allah agar terhindar dari rasa takut dan bersedih hati (Al-baqarah : 112 )
Menahan amarah dan suka memaafkan ( Al-imran : 134 )
Berdamai, memiliki rasa empati dan tidak berbua acuh tak acuh ( An-nisa : 128)
Tidak membuat atau mencari – cari masalah( keruskan ) melainkan memohon maaf dengan harap - harap cemas ( pada pasanganya ) ( Al-a’raf : 56)
Membalas dengan perbuatan baik, agar kejelekanya ditutup dan hilang dengan kehadiran perbuatan baik ( Yunus : 26 )
Bersabar dan tabah menghadapi persoalan ( Hud : 115 )
Bertakwa dan mencari hikmah yang terkandung dalam persoalan itu dengan diikuti penmbahan ilmu ( Yusuf : : 22 )
Saling menasihati agar terhindari dari perbuatan munkar dan keji
( Al – nahl :90) dsb



B. Pola pembentukan kepribadian muslim

Terdapat dua pola dalam pembentukan kepribadian muhsin, yaitu :
Pola umum, yaitu segala perilaku baik yang dapat mempercantik diri manusia yang objeknya tidak terbatas pada subjek tertentu. Contoh : pemaaf, syukur, tawakal, pemaaf, dsb.
Pola khusus, yaitu segala perilaku baik yang dapat mempercantik diri manusia yang objeknya ditujukan pada subjek tertentu. Misal : anak menghormati oran tua, perilaku sayang orang tua kepada yang muda.
Dalam pencapaian kepribadian muhsin ini sendiri, terdapat tiga pola yang dapat diterapkan, yaitu :
Pola hierarki, yang mana masing – masing karakter, yang mana msing – masing karakter memiliki tata urut dan tahapan. Artinya, masin – masing karakter memiliki tangga yang harus dilalui untuk mencapai tahap berikutnya, misal : individu memiliki karakter taubah, diteruskan dengan zuhud,sabar, faqir, tawadhu, takwa, tawakal, ridha,cinta dan berakhir pada ma’rifah
Pola proporsional, yang mana individu dapat memiliki bagian – bagian dari kepribadian muhsin menurut keadaan yang dialami, tidak menurut tata urut.
Pola ekletis yaitu menggunakan kepribadian muhsin secara campuran. Sebab masing – masing kepribadian muhsin merupakan satu kesatuan yang utuh. Contoh : seoran yan matrealistis ia tidak memiliki sifat zuhud, sabar, faqir, tawakal dan ridha. Untuk menghilangkan sifat matrealis maka harus melakukan lima karakter muhsin ini secara bersamaan.

C. Bentuk – bentuk kepribadian Muhsin

1Ta’ib( orang yang menyesal melakukan dosa dan seketika itu juga meninggalkan seluruh perbuatan dosa)
1)Secara kognitif menucapkan istighfar
2)Secara afektif menyesali perbuatan dan berjanji tidak
akan mengulangi lagi
3)Secara psikomotorik, ia takut kepada Allah dengan jalan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya


2.karakter yang berpalin, menganggap hina dan kecil serta tidak merasa butuh pada sesuatu yan bersifat material)
1) meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfat bagi kehidupan akhirat.
2) Meredam berangan – angan panjang
3) Tidak gembira dengan kehadiran dunia dan tidak menyesal apabila kehilangan
4) Adanya kelapangan apabila terlepas dari jeratan kepemilikan dunia dan tidak terpaksa.
5) Kalbu berupaya lepas dari belenggu materi
6) Tidak merasa memiliki sesuatu dan dimiliki sesuatu, sehinga ia bebas dari kehidupan material.
7) Berderma dengan yang ada


3Wari’(bkarakter yang menjaga diri dari perbuatan tercela, yang dapat menurunkan derajat dan kewibawaan diri sesorang)
1) Membersihkan kalbu dari segala najis fisik maupun kalbu.
2) Meningalkan perbuatan yang sia – sia
3) Menjauhkan diri dari perbuatan yang masih meragukan


4Kha’if (karakter yang takut akan siksaan Allah, kebencian dan kemurkaan Allah)
1) Takut kepada Allah bukan kepada orang kafir.
2) Ketakutan adalah berupa kekhawatiran berbuat dosa, mamakan riba, dan tidak melaksanakan amanah.
3) Takut akan hisab Allah

5.(karakter yang berharap kepada sesuatu kebaikan Allah, disertai usaha yang sungguh – sungguh dan tawakal)
1) Berharap menjadi orang saleh, mukmin dan masuk surga
2) Berharap kepada rahmat Allah adalah suatu keharusn, karena apabila putus asa adalah bagian dari kekafiran.


6.Mukhlas (karakter yang murni dan taat yang seluruh perilakunya hanya ditujukan kepada Allah semata)
1) Tidak menilai lebih terhadap perbuatan yang dilakukanya, sehingga ia tidak menghendaki imbalan dan tidak puas berhenti disitu saja.
2) Merasa malu terhadap perbuatanya, sambil berusaha memperbaiki.
3) Berbuat dengan ikhlas melalui keikhlasan dalam berbuat yang didasarkan hukum dan ilmu-Nya( Ibn Qayim)


7.Mustaqim( karakter yan melakukan suatu pekerjaan secara lurus dan kontinue)
Tingkatan:
1) Istiqamah dalam kesederhanaan
2) Istiqamah dalam keadaan
3) Istiqamah dengan cara tidak menganggap berati istiqamah yan pernah dijalaninya.
8
Shabir(karakter yan menahan diri dari hal yan dibenci dan lisan agar tidak mengeluh)
1) Fisik : menahan diri dari kelelahan dan kesusahan dalam menjalankan kebaikan.
2) Psikis: menahan diri dari alam dan hawa nafsu

9.Mutawakil(karakter yang berserah diri dan apa yan ia punyai kepada kekuatan dan kehendak Allah)
1) perilaku tawakal didahului sikap beriman, mengingat nikmatAllah dan bertakwa.
2)Perilaku tawakal tidak berkait dengan kemusyrikan dan sesat karena menolak al-quran.


10.Qani’ ( karakter yang menerima apa adanya)
1) menikmati apa yan dimiliki ( diusahakan ) meskipun menurut orang lain itu minim
11
Radhi’( karakter yan rela terhadap apa yang dimilki dan diberikan)
1) apa yang menimpanya ia yakini berasal dari Allah dan itu sudah menjadi ketentuan
2) perilaku ridha akan mendatangkan karunia dan harapan dari-Nya


12.Syakir (menampakkan apa yang diberikan Allah swt kepadanya)
1) mengetahu nikmat, dengan cara memasukkan dalam ingatan bahwa nikmat yang diberikan oleh Pemberi telah diterima oleh penerima.
2) Menerima nikmat, dengan cara menampakkan kepada Pemberi bahw ia sangat butuh terhadap pemberian-Nya dan tidak minta lebih.
3) Memuji pemberinya dengan mengucap hamdalah
13.Malu (kepekaan diri untuk mengerjakan kebajikan dan meninggalkan keburukan)
Memiliki sepuluh jenis :
1) malu karena berbuat dosa.
2) Malu karena keterbatasan
3) Karena mengagungkan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
4) Karena kemuliaan
5) Karena menjaga etika
6) Karena terhina
7) Karena cinta
8) Karena rasa ibadah
9) Karena kemuliaan
10) Malu terhadap diri sendiri

14.Shadiq (kesesuaian antara apa yang diucapkan dengan fakta, kesesuaian antara hati dan yang ditampakkan
Memiliki enam peringkat(al- Ghazali) :
1) Dalam perkataan
2) Dalam niat dan kehendak
3) Dengan tekad
4) Dalam menepati tekad
5) Dalam amal perbuatan
6) Dalam maqam agama


15.Mu’tsir(mementingkan kepentingan orang lain terlebih dahulu)
10 jenis kedermawanan, yaitu :
1) Dermawan dengan jiwa
2) Dermawan denan kekuasaanya
3) Dermawan dengan kelonggaranya dan kesejahteraan
4) Dermawan dengan ilmu
5) dermawan dengan memanfaatkan jabatan
6) Dermawan dengan memanfaatkan badan untuk melakukan kegiatan yang baik
7)Dermawan dengan kehormatan diri
8)Dermawan dengan kesabaran dan menahan diri
9) Dermawan dengan akhlak yan baik
10) Dermawan dengan apa yang dimiliki orang lain tanpa mencampuri

16.Mutawadi’( sikap kalbu yang tenang, rendah hati, lemah lembut tanpa sombong)
1) Pemaaf
2) menyerukan kebaikan dan berpaling dari orang – orang bodoh
3) tidak menunjukkan kekayaan
4) rendah hati tehadap orang – orang saleh


sumbernya dari bukunya pak Abdul Mujib.....dlSb